Sumber
: https://nmn93.wordpress.com/2014/11/15/pengaruh-kelas-sosial-dan-status/
Difusi adalah suatu
proses penyebaran unsurunsur kebudayaan dari satu kelompok ke kelompok lain
atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut manusia
mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang dihasilkan.
Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai seluruh umat manusia pada akhirnya. Seluruh umat manusia dapat menikmati kegunaan penemuan baru bagi kemajuan peradaban.
Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai seluruh umat manusia pada akhirnya. Seluruh umat manusia dapat menikmati kegunaan penemuan baru bagi kemajuan peradaban.
Elemen Difusi Inovasi
Menurut Rogers (Ibrahim, 1988:60 ) terdapat 4 elemen pokok
difusi inovasi, yaitu :
1.
Inovasi
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai
sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil
discovery maupun invensi diadakan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru,
kata Baru disini mengandung ketidaktentuan (uncertainty), artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif
kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik
mengenai arti, bentuk, manfaat, dan sebagainya.
Dengan adanya informasi, maka akan mengurangi ketidaktentuan
tersebut, karena dengan informasi itu berarti memperjelas arah pada satu
alternatif tertentu. Contoh : inovasi KB, maka orang yang mengamati KB sebagai
sesuatu yang baru, berarti KB bagi orang itu masih serba tidaktentu. Dengan
memperoleh informasi tentang KB, maka informasi tersebut mengurangi
ketidaktentuan bagi orang tersebut. Sehingga, orang tersebut makin mempunyai
kepastian tentang KB.
Suatu inovasi dalam proses difusi terbuka kemungkinan
terjadinya perubahan (re-invention)
atau modifikasi, dan para penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya
sekedar menerima apa yang diberikan. Komunikasi merupakan salah satu elemen
yang tidak dapat ditinggalkan dalam proses difusi inovasi.
2.
Komunikasi dengan saluran tertentu
Komunikasi disini diartikan sebagai proses pertukaran
informasi antar warga masyarakat, sehingga terjadi saling pengertian satu sama
lain. Komunikasi dengan tipe khusus yaitu difusi, yang menggunakan sesuatu hal
baru (inovasi) sebagai bahan informasi. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi
mencangkup : a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang telah mengetahui
dna berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok yang belum mengenal
inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua belah pihak
tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi
adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit
tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut
(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Saluran komunikasi sebagai media/alat untuk menyampaikan
pesan dari satu orang ke orang lain. Diperlukan ketepatan dalam pemilihan atau
penggunaanya, sehingga proses komunikasi menjadi efektif. kondisi kedua belah
pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan dan penggunaan saluran
komunikasi. Contoh : saluran media massa seperti televise, radio, surat kabar,
dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari seseorang
kepada sekelompok orang tertentu. Sedangkan saluran interpersonal (antar
individu), lebih efektif untuk mempengaruhi seseorang, sahabat, keluarga agar menerima
inovasi. Saluran interpersonal dapat pula dipakai dalam sebuah kelompok.
Komunikasi interpersonal dengan prinsip homophily (kesamaan)
yaitu kesamaan (asal daerah, bahasa, kepercayaan, dsb) antar orang yang
berkomunikasi, akan lebih efektif untuk membujuk atau mempengaruhi seseorang
untuk menerima sebuah inovasi. Karena berdasarkan hasil kajian dalam proses
difusi banyak orang yang tidak menilai inovasi secara obyektif berdasarkan
kajian ilmiah, tetapi mereka menilai secara subjective berdasarkan informasi
yang diperoleh dari kawanya yang terlebih dahulu mengetahui dan menerima
inovasi. Pada kenyataanya dalam proses difusi justru keadaanya berlawanan (heterophily). Perlawanan-perlawanan
antar individu tersebut dapat diatasi jika ada emphaty yaitu kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya (mengandaikan dirinya) sama dengan orang
lain.
3.
Waktu
Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi,
karena waktu adalah aspek utama dalam komunikasi. Waktu merupakan aspek dari
Setiap kegiatan yang dilakukan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu
:
a.
Proses keputusan inovasi
Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali
sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah
dalam proses keputusan inovasi, yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii)
bujukan atau himbauan; iii) penetapan atau keputusan; iv) penerapan
(implementasi); v) konfirmasi (confirmation). Dimana peranan elemen waktu
tampak dengan adanya urutan waktu pelaksanaan dari ke 5 tahap diatas. Periode
waktu keputusan inovasi ialah lamanya waktu yang digunakan selama proses
keputusan inovasi berlangsung, melalui 5 tahap diatas. Namun, ke- 5 tahap
tersebut tidak semunya terlalui, karena mungkin terjadi perkecualian. Contoh,
seseorang memutuskan menerima inovasi tanpa melalui tahap himbauan.
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat)
menerima inovasi dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan
waktu, artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih
dahulu secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima
inovasi lebih akhir.
Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau terdahulunya dan
terlambatnya menerima inovasi, dapat dikategorikan menjadi 5 macam kategori
penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu : (a) inovator, (b)
pemula, (c) mayoritas awal, (d) mayoritas akhir, dan (e) terlambat
(tertinggal).
Lima kategori penerima inovasi tersebut merupakan bentuk ideal, berdasarkan observasi dari
kenyataan dan didesain sebagai bahan perbandingan antar warga masyarakat
(anggota sistem sosial). Fungsi dari bentuk ideal tersebut sebagai petunjuk
perencanaan kegiatan penelitian serta dapat juga dipakai sebagai bahan kerangka
acuan analisa hasil penelitian.
c.
Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative
diterimanya inovasi oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Apabila
sejumlah warga masyarakat menerima suatu inovasi, dan dibuat diagram frekuensi
kumulatif berdasarkan waktu, maka hasilnya akan berupa kurva yang berbentuk – S
( bentuk kurva dapat dilihat dalam Ibrahim, 1988: 65)
Bagan tersebut
menunjukkan bahwa pada mulanya hanya beberapa orang yang menerima inovasi dalam
tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun atau bulan), mereka itu adalah
innovator. Kemudian tampak kurve difusi segera mulai menanjak, makin lama makin
banyak orang yang menerima inovasi. Kemudian kecepatan penerimaan inovasi
mendatar, menggambarkan makin lama makin sedikit yang tinggal dan proses difusi
selesai, artinya semua warga masyarakat telah menerima inovasi.
Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu
yang diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat
yang telah menerima inovasi. Oleh karena itu pengukuran kecepatan inovasi
cenderung diukur dengan berdasarkan tinjauan penerimaan inovasi oleh
keseluruhan warga masyarakat, bukan penerimaan inovasi secara individual.
Pertanyaan yang perlu dipikirkan ialah mengapa terjadi perbedaan kecepatan
penerimaan inovasi dalam proses difusi inovasi. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, lihat kembali karakteristik dan atribut inovasi. Tetapi perbedaan
kecepatan penerimaan inovasi juga dipengaruhi oleh adanya perbedaan kondisi
sistem sosial tertentu.
4.
Sistem Sosial
System social adalah hubungan (interaksi) anatr individu
atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan.
anggota system social dapat individu, organisasi, kelompok, dan sub system
lainya yang saling pengertian dan memberi hubungan timbale balik. Misalnya :
petani di desa, para dosen dan karyawan di perguruan tinggi, dan sebagainya.
Individu akan terpengaruh oleh system social dalam menghadapi sebuah difusi
inovasi.
Roger (dalam jurnal
Dina H.D) menyebutkan bahwa sesuatu itu disebut inovasi apabila menguntungkan,
sesuai dengan nilai-nilai, tingkat kerumitan yang dapat ditoleransi, dapat
diujicobakan, dan hasilnya dapat di amati. Pengaruh system social terhadap
difusi inovasi dijelaskan lebih lanjut pada point selanjutnya.
Pengaruh
Sistem Sosial Terhadap Difusi Inovasi
Hal-hal yang berkaitan antara system social dan pengaruhnya
terhadap proses difusi inovasi, akan dibahas mengenai bentuk system social
dalam mempengaruhi difusi, pengaruh norma dalam difusi, pengaruh pimpinan
(pemuka) pendapat dan agen pembaharu, tipe keputusan inovasi, dan konsekuensi
inovasi. Hal-hal tersebuut berperan
dalam hubungan antara system social dengan proses difusi inovasi yang terjadi
dalam system social. Berikut sedikit ulasan mengenai hal-hal tersebut (Ibrahim,1988:67):
Struktur
social dan difusi
Struktur sosial dalam hal ini diartikan sebagai pedoman
peraturan unit dalam suatu sistem. Dengan adanya struktur ini maka dapat
meninmbulkan ketertiban dan kestabilan tingkah laku individu dalam sistem
sosial, dan juga memberikan kemungkinan tiap individu untuk merencanakan atau
meramalkan tingkah laku yang akan dilakukannya sepanjang tidak menyimpang dari
peraturan yang telah ada.
Struktur sosial bukan hanya berlaku dalam organisasi formal
tetapi juga dalam struktur informal, yaitu hubungan antar sesame warga
masyarakat atau antar anggota sistem sosial secara informal, dengan cirri utama
adanya kejelasan siapa berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang
bagaimana.
Struktur sistem sosial dapat memperlancar atau menghambat
proses difusi inovasi dalam suatu sistem, karena struktur sosial sangat
berpengaruh terhadap proses komunikasi. Hal ini sangat menarik perhatian para
ahli sosiologi dan psikologi sosial, karena tidak mungkin akan mempelajari
difusi tanpa mengetahui struktur sosial yang ditempati para penerima inovasi.
Norma
system social dan difusi
Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial berpengaruh
terhadap kecepatan penerimaan inovasi. Norma yang berlaku pada suatu sistem
sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma
menjelaskan tentang perbuatan apa yang diperbolehkan serta memberikan petunjuk
tentang standard perbuatan para anggota sistem sosial. Oleh karena itu suatu
inovasi yang tidak sesuai dengan norma yang ada pada suatu sistem sosial akan
terhambat pelaksanaan proses difusinya.
Pemuka
pendapat dan agen pembaharu
Dua peranan orang yang mempunyai peranan penting dalam
proses inovasi yaitu pemuka pendapat dan agen pembaharu.
Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi
orang-orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya secara informal, ke
arah sesuatu perubahan yang dikehendaki. Pemuka pendapat merupakan pimpinan
informal, yang tidak tentu memiliki status formal sebagai pemimpin dalam
masyarakat. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika sistem sosial akan
mengadakan perubahan, maka pemuka pendapat sangat inovatif, tetapi jika norma
tidak mau menerima perubahan, maka tingkah laku pemuka pendapat juga
menggambarkan norma tersebut. Dengan kata lain pemuka pendapat merupakan contoh
dan perwujudan dari struktur sosial.
Dalam beberapa ssitem sosial, ternyata pemuka pendapat dapat
berperan kedua-duanya, mungkin dai sebagai pemuka inovasi, tetapi mungkin juga
dia sebagai pemimpin yang menentang inovasi. Pengaruh pemuka pendapat ini dapat
memperlancar difusi inovasi atau sebagai penghambat difusi inovasi. Jika
dibandingkan dengan warga masyarakat bisa pemuka pendapat ini secra umum
memiliki sifat-sifat yang berbeda, anatra lain :lebih terbuka terhadap segala
macam bentuk komunikasi dengan dunia luar, lebih bersifat kosmopolit (semua
manusia adalah saudara), dan memiliki status yang lebih tinggi, lebih inovatif
(tetapi tergantung kesesuaian dengan norma). Peranan yang sangat penting dari
pemuka pendapat ialah menjadi pusat komunikasi (hubungan interpersonal) dalam
jaringan komunikasi dalam sistem sosial.
Agen pembaharu adalah seorang professional yang bertugas
untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk mengambil keputusan mengikuti
inovasi, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga atau organisasi
tempat agen pembaharu itu bekerja. Agen pembaharu selalu berusaha agar terjadi
proses difusi inovasi, tetapi justru biasanya proses difusi kurang lancer
karena ia orang yang datang dari luar sistem sosial (heterophil). Untuk
melancarkan proses difusi biasanya agen pembaharu menggunakan pemuka pendapat
untuk kampanye penyebaran inovasi. Demikian pula sering terjadi yang menjadi
agen pembaharu seorang sarjana yang memang ahli sesuai dengan ide baru atau
inovasi yang akan disebarluaskan, tetapi dengan timbul hambatan dalam tugasnya
melaksanakan difusi inovasi, yaitu tidak dapat dekat dengan warga masyarakat.
Untuk mengatasi itu biasanya digunakan tenaga pembantu yang tentu saja kualitas
profesionalnya kurang daripada agen pembaharu tetapi lebih erat dengan anggota
sistem sosial yang menjadi sasaran inovasi. Pembantu agen pembaharu dipilihkan
orang yang lebih homphily, sehingga dapat mengurangi kesenjangan heterophily,
yang terjadi antara agen pembaharu dengan klien.
Tipe keputusan
inovasi
Inovasi diterima tidaknya diputuskan berdasarkan keputusan
bersama atau tanpa paksaan. Tipe keputusan inovasi dapat dibedakan menjadi :
a.
Keputusan inovasi opsional, yaitu
keputusan diterima tidaknya inovasi ditentukan oleh individu secara mandiri
tanpa pengaruh anggota system social. Meskipun seorang individu mengambil
keputusan berdasarkan norma system social atau hasil komunikasi interpersonal
dengan anggota system social.
b. Keputusan inovasi kolektif, yaitu keputusan diterima
tidaknya inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatanantar anggota system social.
c.
Keputusan inovasi otoritas, yaitu
keputusan diterima tidaknya inovasi berdasarkan keputusan yang dibuat oleh
seseorang atau sekelompok orang yang
berkedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada
anggota yang lain dalam suatu system social.
Ketiga tipe keputusan tersebut merupakan rentangan
(continuum) dari keputusan opsional, dilanjutkan keputusan kolektif, dan yang
terakhir keputusan otoritas. Tipe keputusan yang digunakan untuk menyebarkan
suatu inovasi dapat berubah dalam waktu tertentu.
d. Keputusan inovasi kontingen (contingent), yaitu pemilihan
diterima tidaknya suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada
keputusan inovasi yang mendahuluinya. Cirri pokok keputusan ini ialah
digunakanya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani
suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan bisa keputusan
opsional, kolektif atau otoritas.
Konsekuensi
Inovasi
System social berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung (keputusan opsional) dalam proses pengambilan keputusan inovasi.
Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam system social sebagai hasil
dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi. Klasifikasi konsekuensi inovasi, meliputi :
a.
Konsekuensi yang bermanfaat dengan
yang tidak bermanfaat, tergantung dari hasil inovasi di dalam system social itu
fungsional atau tidak fungsional.
b. Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari
perubahan yang terjadi pada individu atau system social berupa respon yang pertama terjadi pada inovasi, atau respon kedua
setelah adanya konsekuensi langsung.
c.
Konsekuensi yang diharapkan dengan
yang tidak diharapkan, tergantung dari bagaimana perubahan itu, diketahui dan
direncanakan oleh anggota system social, atau tidak.
Ketika klasifikasi konsekuensi tersebut biasanya berlangsung
secara bersamaan. Dan untuk menentukan sebuah konsekuensi bermanfaat atau tidak
cukup sulit, karena biasanya dapat terjadi suatu inovasi bermanfaat bagi system
social, tapi tidak untuk anggota system social tertentu.
Contoh dari proses inovasi dan difusi serta konsekuensinya
lebih jelas terdapat dibuku Ibrahim (1988:74-77) , salah satunya yaitu tentang
usaha perbaikan pendidikan di Indonesia
yang disebut hari Krida. Dimana kegiatan tersebut dilakukan Setiap hari sabtu,
siswa tidak diajar seperti biasa tapi dilatih berbagai ketrampilan, kesenian ,
dan olahraga. Pelaksanaan inovasi dimulai dengan cara penyampaian informasi
tentang cara pelaksanaan Hari Krida dari atas sampai lapisan bawah. Sehingga
berdasarkan kondisi dan situasi sekolah maupun social, umumnya pada hari
sabtuyang berlangsung hanya olahraga dan kesenian khususnya menyanyi. Dari
Inovasi tersebut diperoleh analisis :
Kemanfaatan, tetap aka nada manfaat walaupun tidak
sepenuhnya seperti yang diharapkan. Konsekuensi langsung, dengan adanya latihan
olahraga secara rutin Setiap hari sabtu, maka tim olahraga sekolah menjadi
terlatih dan terampil. Konsekuensi yang diharapkan, tidak sepenuhnya tercapai
karena hanya sebagian ketrampilan siswa yang dapat dikembangkan. Konsekuensi
yang tidak diharapkan, terjadinya pulang awal pada hari sabtu.
Contoh difusi produk
Traktor agar petani bisa
berpindah dari pola tradisional ke pola pertanian modern. Metode pembelajaran
aktif agar guru berpindah dari metode pendidikan tradisional ke metode
pendidikan modern. Kompor gas, agar para ibu rumah
tangga, bahkan di pedesaan dapat berpindah dari pola kompor minyak atau kayu ke
kompor gas. Semuanya membutuhkan proses difusi yang melibatkan teknik
komunikasi tertentu agar dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu.
Semua inovasi, memiliki karakteristik yang berbeda baik dari sisi inovasinya
itu sendiri maupun sistem sosial dimana inovasi tersebut akan diberlakukan.
Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang harus digunakan juga akan berbeda
satu sama lain. Disinilah tantangannya bagi agen pemasaran produk dan jasa
(inovasi) tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar